Langsung ke konten utama

Memilih Bibit Pohon Pisang

Menunggu 1 tahun dan kecewa karena ternyata buah pisang yang berbuah, ternyata tidak dikehendaki adalah sesuatu yang tidak diharapkan. Hal inilah mengapa pemilihan bibit pisang yang sesuai penting dilakukan. Hal yang perlu diketahui adalah ada beberapa varian atau species dari jenis pisang tertentu, sebagai contoh jenis pisang raja, ada varian raja bulu, varian raja sereh, varian raja lawe dan sebagainya. Jenis pisang kepok, juga ada pisang kepok putih dan kepok kuning. Bagi petani pisang bisa menanyakan kepada penjual atau penyedia bibit pisang secara spesifik tentang bibit pisang yang dijualnya. Penjual bibit pisang pada umumnya tahu secara mendetail ciri-ciri bibit pisang yang dijualnya berikut aspek plus minusnya tanaman tersebut. Mereka bisa dengan mudah membedakan berbagai jenis pisang dari ciri-ciri khusus pada tanaman pisang tersebut, misalnya warna dan bentuk daun, warna batang dan sebagainya. Bila ternyata penjual bibit pisang tidak bisa memberi penjelasan yang memadai tentang jenis bibit yang dijualnya sebaiknya mencari penjual lainnya. 

Saat ini bibit pisang pada umumnya dibuat dengan 4 cara, yakni bonggol, anakan, mata tunas dan kultur jaringan. Pembuatan bibit pisang dengan bonggol, anakan dan mata tunas mudah  dan banyak dilakukan oleh penyedia/penjual bibit pisang ataupun petani pisang. Sedangkan kultur jaringan hanya dilakukan oleh penyedia bibit pisang yang memiliki peralatan lebih canggih berupa laboratorium untuk pembibitan dengan kultur jaringan. Secara kualitas bibit pisang dengan kultur jaringan lebih baik daripada bibit pisang tradisional yakni dari bonggol, anakan dan mata tunas. Dengan kultur jaringan kualitas bibit akan  sama persis dengan indukannya. Selain itu bibit tersebut juga terbebas dari penyakit dan bisa mendapatkan jumlah bibit yang banyak. Perkebunan-perkebunan besar biasanya menggunakan bibit pisang dari hasil kultur jaringan. Petani-petani kecil dan menengah yang hanya menggunakan bibit dengan cara tradisional juga bisa menghasilkan pisang yang tidak kalah dengan bibit kultur jaringan asalkan seleksi pembibitannya dilakukan dengan baik dan perkebunan pisangnya juga dirawat dengan baik. 
Bibit Pisang Melalui Kultur Jaringan

Bibit Pisang dari Bonggol
Bibit pisang dari mata tunas

Bibit Pisang dari anakan atau potongan batang
Untuk menghindari pohon pisang mati sebelum menjadi besar, sebaiknya bibit pisang yang ditanam harus cukup besar, yakni memiliki tinggi  sekitar 1 meter. Tunggulah bibit pisang itu, baik dari anakan, mata tunas maupun kultur jaringan untuk sampai ketinggian 1 meter tersebut. Menunggu hingga ketinggian 1 meter ini dimaksudkan terutama supaya bonggolnya keras, sehingga bisa beradaptasi dengan lahan perkebunan. Selain itu akar dan daun juga sudah cukup banyak sehingga mudah tumbuh. Dengan tinggi 1 meter pohon pisang tersebut juga belum terlalu besar sehingga mudah dalam pengangkutan dan penanamannya. Sedangkan bibit dari bonggol karena dari potongan pohon pisang, tidak harus menunggu tumbuhnya tunas hingga 1 meter, karena bonggol di bagian bawahnya sudah keras. 

Pilihlah bibit dari jenis pisang tertentu yang bagus dan sehat sehingga diharapkan pertumbuhannya juga demikian dan menghasilkan produktivitas panen tinggi. Bibit pisang yang bagus memiliki ciri batang yang berukuran proporsional dan kuat, serta tidak terkena penyakit. Supaya tidak banyak penyiraman dan perawatan sebaiknya tanamlah pohon pisang tersebut pada musim penghujan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peluang Usaha Berkebun Pisang untuk Dataran Tinggi (Highland Banana Farming)

Masyarakat Indonesia sudah sangat familiar dengan pohon pisang, hampir sangat mudah kita jumpai pohon-pohon pisang tersebut di daerah-daerah pedesaan yang banyak tersebar di areal pekarangan-pekarangan penduduk. Pada umumnya mereka menanam pisang terutama hanya untuk memanfaatkan lahan-lahan kosong dan jarang yang diupayakan secara profesional terlihat dari banyaknya pohon pisang dalam satu rumpun dan tidak dipupuk sehingga mengakibatkan produktivitas dan kualitas pisang yang dihasilkan rendah. Padahal apabila kebun pisang tersebut dikelola secara optimal maka produktivitas meningkat bahkan bisa mencapai 57 ton/hektar/tahun dengan setiap tandan lebih dari 25 kg dan kualitas pisang yang bagus. Mengapa tidak banyak atau jarang masyarakat mengupayakan kebun pisangnya secara profesional ? Beberapa faktor penyebabnya diperkirakan sebagai berikut, pertama , tidak punya akses pasar untuk produk pisang tersebut. Kedua , tidak memiliki kemampuan teknik budidaya yang memadai. Ketiga ...